Perkembangan dunia usaha
saat ini sering membutuhkan informasi yang cepat
dan akurat. Informasi
sebagai salah satu komponen penting dalam perusahaan akan
berperan penting dalam
pencapaian tujuan perusahaan yaitu mencapai laba yang
maksimal dan kontinuitas
usaha kebutuhan akan informasi mendorong setiap perusahaan
untuk membentuk sistem
informasi dalam rangka menghasilkan informasi yang cepat,
tepat dan akurat sehingga
bermanfaat bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Komputer sebagai suatu alat elektronik modern
mampu mengolah data mentah
secara otomatis sehingga
menghasilkan serangkaian laporan yang kita inginkan. Dengan
cara kerja yang cepat,
akurat dan tepat membuat laporan menjadi alat utama dalam
kegiatan perusahaan.
Perusahaan saat ini menggunakan komputer
sebagai alat dalam Sistem
Informasinya. Informasi
yang dihasilkan oleh sistem informasi dalam suatu perusahaan
berguna bagi manajemen dan
juga pihak lain seperti kreditur, debitur, investor, dsb. Bank
sebagai suatu perusahaan
juga menggunakan komputer sebagai sarana dalam sistem
informasinya, dan informasi
yang dihasilkan berguna bagi manajemen dalam mengambil
keputusan.
Seorang nasabah biasanya
membutuhkan informasi saldo rekening yang terdapat
dalam bank tempat ia
menyimpan uang. Informasi ini biasanya diperoleh dengan salah
satu cara misalnya, nasabah
membawa buku tabungan ke bank tempat ia menabung atau
pada jam kerja, cara ini
akan menyita tenaga dan waktu. Misalnya bank masih menggunakan cara manual jika
seorang nasabah mengambil uang tunai maka Teller akan
mendebet sejumlah uang pada
buku tabungan nasabah dan mengkredit kas Teller. Akan
tetapi saat ini bank-bank
menggunakan komputer sebagai alat pengolah data transaksi
yang terjadi.
Demikian halnya banyak bank saat ini
menggunakan ATM ( Anjungan Tunai
Mandiri / Automatic Teller
Machine ) sebagai sarana untuk mempermudah para
nasabahnya untuk
mendapatkan informasi saldo rekening dan melakukan transaksi
penarikan uang tunai selama
24 jam sebagai bentuk pelayanan kepada nasabah. Saat ini
penggunaan ATM bukan hanya
untuk transaksi penarikan uang tunai akan tetapi dapat
melayani pembayaran tagihan
seperti : telepon, kartu kredit, maupun transfer secara
online.
Dengan berkembangnya kemajuan teknologi maka
fungsi ATM bukan untuk
sekedar informasi saldo dan
penarikan uang tunai saja, tetapi keberadaan ATM sangat
membantu kalangan perbankan
dalam melayani nasabahnya. Dalam hal ini PT.Bank Tabungan
Negara (Persero) melakukan
kerjasama dengan
Bank Himpunan Negara,
seperti Bank BRI, Bank BNI, dan Bank Mandiri dalam
pelayanan Transaksi ATM,
misalnya Transaksi penarikan tunai nasabah Bank BTN
maupun Transaksi Penarikan
Tunai secara “Link” pada Bank yang berbeda (Bank
Himbara).
PT. Bank Tabungan Negara (Persero), ATM
Regional Medan memiliki ATM
sebagai alat untuk membantu
nasabahnya untuk melakukan transaksi penarikan tunai
dengan waktu pelayanan
selama 24 jam. Transaksi penarikan ini akan menginput data permintaan
sejumlah uang kemudian nasabah
menerima uang sesuai dengan
permintaannya dan slip
(bukti) transaksi tersebut akan menunjukkan saldo rekeningnya.
Akan tetapi ada transaksi yang terjadi dimana
nasabah telah menginput data
permintaan sejumlah uang
yang akan ditarik dan komputer secara otomatis telah
mendebet ( mengurangi )
rekening nasabah, akan tetapi uang tunai tidak diterima
nasabah. Hal ini
menyebabkan kesalahan informasi saldo rekening nasabah.
Hal ini disebabkan kesalahan program ataupun
kesalahan yang terjadi di dalam
sistem informasi karena
pelaksanaan transaksi pada ATM biasanya berjalan hanya dalam
60 detik. Kesalahan ini
dapat merugikan pihak nasabah dan kesalahan informasi bagi
pihak lain. Dengan demikian
untuk mencegah terjadinya kesalahan diperlukan sistem
informasi dengan program
yang cukup baik.
Sistem
informasi berbasis IT merupakan kebutuhan primer di era modern apa lagi sudah
menjadi
kebutuhan yang harus di penuhi pada perusahaan-perusahaan. Dengan informasi
yang
begitu banyak, dibutuhkan sistem informasi menejemen yang terstruktur dengan baik
dan diolah dengan profesional. Diperlukan
sistem yang baik dalam mengolah informasi
pada
suatu organisasi informasi dan bank. Karena pengolahan informasi sangat
mempengaruhi
hasil kerja, kemampuan dan efisiensi perusahaan atau bank. Dengan
demikian
munculnya menejemen resiko informasi yang merupakan sesuatu yang harus di
hindarkan
atau di jaga agar resiko yang menyebabkan kerugian dapat terhindar.
Contohnya
adalah keamanan, distribusi, penyimpanan dan mengelolah informasi.
Keamanan
sistem informasi pada bank merupakan hal yang utama. Dikarenakan informasi
nasabah.
Adalah informasi yanh harus dilindungi bank dari penjahat. Apabila sistem
informasi
di kuasai oleh penjahat tersebut maka bank akan mengalami ancaman
kebangkrutan
serta merugikan nasabah. Pada bank, penjahat/hacker terdapat sasaran yang
dapat
mengancam bank dan menjadi sebuah resiko menejemen resiko, yaitu : data, sistem
aplikasi,
pengetahuan teknologi, fasilitas yang dimiliki bank, nasabah.
RESIKO DATA
Data merupakan sasaran utama yang dimanfaatkan pelaku kejahatan/hacker untuk
Data merupakan sasaran utama yang dimanfaatkan pelaku kejahatan/hacker untuk
mendapatkan informasi mengenai nasabah. Oleh
sebab itu pelindungan data sangat di
butuhkan
oleh bank dengan cara enkripsi – enkripsi data tersebut.misalnya pada ATM
dimana pejahat melakukan penyadapan nomor PIN
dengan cara mengakses data yang
sudah
disimpan sebelumnya pada mesin ATM dan sebelum itu melakukan pembobolan
terhadap
server yang tersambung dengan komputer mesin ATM,
RESIKO SYSTEM APLIKASI
Sistem
aplikasi merupakan sistem software aplikasi yang digunakan oleh bank dalam
memberi fasilitas pada nasabah. Layanan yang
dapat dilakukan oleh nasabah adalah
transaksi.
Disamping itu aplikasi dalam melayani nasabah. Dibutuhkan pula aplikasi
keamanan
data/informasi. Sehingga sistem aplikasi tidak mendapatkan bug/error yang
dapat
dimanfaatkan oleh hacker untuk masuk kesistem perbankan tersebut. Dan dapat
mengambil
informasi dari bank.
RESIKO TEKNOLOGI
Teknologi
sangat berpengaruh terhadap sistem aplikasi komputer yang digunakan oleh
bank.
Oleh sebab itu diperlukan teknologi yang dapat memberi keamanan sehingga
terhindar
dari tindakan kejahatan. Teknologi yang lama akan mudah dipelajari oleh orang
yang
tidak bertanggung jawab. Selain itu dibutuhkan teknologi pendukung seperti
kamera
dan
mesin ATM yang memiliki sistem keamanan yang baik. selain itu mesin ATM juga
harus
sudah mempunyai standar internasional / ISO dan mendapatkan sertifikasi ISO.
RESIKO FASILITAS
Fasilitas
yang didapatkan nasabah sudah dapat bekerja dengan baik. nasabah dapat
memahami
fasilitas transaksi dan mengambil uang dengan nyaman. Diperlukan juga
teknisi
yang handal dalam memberi pengaturan terhadap fasilitas yang diberi oleh bank.
RESIKO NASABAH
Pihak
bank juga perlu memberi informasi mengenai cara agar tabungan nasabah tidak di
bobol
oleh penjahat. Seperti:
Menjaga kerahasiaan PIN
Memperhatikan Kondisi fisik ATM
Menggunakan kartu ATM pada merchant yang bekerja sama dengan pihak perbangkan.
Apabila terjadi alat yang mencurigakan yang tersambung kepada ATM. Lapor kepada pihak bank.
Gunakan ATM yang aman lokasinya
Jangan mudah percaya dengan bantuan orang lain di lokasi sekitar ATM
Menjaga kerahasiaan PIN
Memperhatikan Kondisi fisik ATM
Menggunakan kartu ATM pada merchant yang bekerja sama dengan pihak perbangkan.
Apabila terjadi alat yang mencurigakan yang tersambung kepada ATM. Lapor kepada pihak bank.
Gunakan ATM yang aman lokasinya
Jangan mudah percaya dengan bantuan orang lain di lokasi sekitar ATM
MENJAGA KEAMANAN SISTEM INFORMASI DENGAN
MENERAPKAN PRINSIP PRINSIP MANAJEMEN RESIKO PADA BANK
Keamanan
sistem informasi berbasis IT merupakan suatu yang harus di jaga karena
merupakan aset berharga. Bank dalam mengolah
dan menyimpan data akan memberi
ancaman
pada kemanan data tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan sistem standart
manajemen
keamanan informasi yang baik.
Dengan
demikian dibentuknya peraturan penerapan menejemen resiko bagi bank umum.
Dibentuknya
perarturan oleh bank Indonesia. Sehingga dengan dibuatnya peraturan bank
umum
yang ada di Indonesia menerapkan prinsip-prinsip manajemen resiko yang
dikeluarkan
oleh Bank for International Settlement disebut juga dengan kesepakata Basel II
Beberapa
manajemen resiko yang harus di jaga adalah resiko oprasional contohnya tidak
berfungsinya proses internal pada bank,
kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya
masalah
eksternal yang mempengaruhi bank. Dengan peraturan tersebut mendorong bank
umum
untuk menerapkan sistem informasi dengan menganalisa serta mengontrol
informasi
yang ada pada sistem aplikasi. Selain menjaga, mengolah dan menganalisis data.
Dibutuhkan
juga pengamanan terhadap faktor eksternal yang mempengaruhi bank.
Contoh
dari gagalnya sistem keamanan dari bank dengan dibobolnya bank dikarenakan
ketidaksetiaan pegawai bank tersebut, selain
itu dengan kegagalan sistem yang berjalan
akan
merugikan bank itu sendiri. Oleh sebab itu bank membutuhkan system kemanan yang
memiliki
standart internasional.
Dalam
menerapkan manajemen resiko pada Bank yang dilakukan bank :
Penerapan manajemen resiko secara umum
Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
Penerapan manajemen resiko secara umum
Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
Dengan
menerapkan manajemen resiko diatas akan mengurangi resiko pada bank.
Selain itu perlu diketahui bagi nasabah dalam menggunakan sistem informasi pada bank
Selain itu perlu diketahui bagi nasabah dalam menggunakan sistem informasi pada bank
dengan
cara online terhadap resiko yang didapat. Contohnya seberapa besar keamanan
pada
saat transaksi menggunakan WIFI. Lalu nasabah perlu mengetahui smartphone yang
mudah
di bobol oleh hacker, bagian sasaran empuk hacker pada saat mencari sasaran
smartphone, dll dengan demikian dapat
dihindarkan kejadian merugikan pihak bank
maupun
nasabah dalam transaksi.
(http://noshagustinugraha.wordpress.com/2012/11/19/masalah-sistem-informasi-menejemen-pada-bank-bab1/)
Kesimpulan: Penggunaan ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) dalam perbankan merupakan
contoh yang
baik dari inovasi teknologi sistem informasi. Dengan adanya ATM, bank-bank
besar dapat memperoleh keuntungan strategis melebihi pesaing mereka yang
berlangsung beberapa tahun.
Penekanan
utama dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching
costs) ke dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau
pemasoknya. Sebuah contoh yang bagus dari hal ini adalah sistem reservasi
penerbangan terkomputerisasi yang ditawarkan kepada agen perjalanan oleh
perusahaan penerbangan besar. Bila sebuah agen perjalanan telah menjalankan
sistem reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan segan untuk
menggunakan sistem reservasi dari penerbangan lain.
Cyntia Agustina
2db07
31112647
Sistem Informasi Manajemen 1